Isinya tulisan-tulisan dari bahan omongan yang pengin diomongin .... Inget praktikum Sosiologi Pedesaan waktu Tingkat Persiapan Bersama-IPB, kalo bikin laporan harus banyak ngecap, jadi-lah jualan kecap. Jangan anggap terlalu serius dan jangan pula dianggap becanda hahaha ...

loading...
loading...

Tenang! Gunung Slamet Tak Sama dengan Kelud

 
Letusan Gunung Slamet. Sumber Foto : okezone

BANYUMAS - Warga yang bermukim di lima kabupaten di Jawa Tengah yang terdampak letusan Gunung Slamet tidak perlu khawatir dan panik.
Kepala Bidang Geologi Sumber Daya Mineral dan Air Tanah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Banyumas, Sigit Widiadi, menerangkan, karakter erupsi Gunung Slamet cenderung eksplosif lemah.


”Gunung Slamet yang mencakup lima kabupaten, yakni Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, dalam sejarah letusannya tidak pernah menunjukkan erupsi eksplosif kuat,” jelas Sigit, Selasa (18/3/2014).

Ia menambahkan, berdasarkan bentuknya, gunung yang memiliki ketinggian 3.432 meter dari permukaan laut (MDPL) itu merupakan gunung dengan tipe stratovolcano.

”Untuk mengetahui seberapa besar tingkat bahaya Gunung Slamet, selayaknya kita dapat melihat sejarah dan kondisi Gunung Slamet secara lebih menyeluruh,” ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Geologi, jelas dia, Gunung Slamet pernah meletus pada 11–12 Agustus 1772. Hingga 1940, terjadi letusan setiap 10 tahun.

Sampai 1988, Gunung Slamet mengalami erupsi di Status Waspada dengan hasil letusan abu dan leleran/kubah lava.

”Selanjutnya pada 2009, status Gunung Slamet ditingkatkan menjadi Siaga, sedangkan erupsi hasil letusan berupa abu dan lontaran lava pijar. Saat ini, 2014, Gunung Slamet masih menunjukkan erupsi dengan ciri letusan abu, sehingga statusnya Waspada,” tuturnya.

Sigit memprediksi, letusan-letusan tersebut akan berlangsung dalam beberapa hari hingga beberapa pekan mendatang.

”Dari beberapa kondisi erupsi tersebut secara keseluruhan sesungguhnya erupsi Gunung Slamet memiliki karakter erupsi cenderung eksplosif lemah atau tipe vulkano dan juga efusif, yaitu leleran lava yang disertai letusan abu dan scoria atau tipe stromboli,” paparnya.

Berdasarkan tipe tersebut, kata dia, dapat dinyatakan bahwa kedalaman dapur magma Gunung Slamet sesungguhnya dangkal.

Menurut dia, data Dinas ESDM Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa kedalaman dapur magma Gunung Slamet tidak lebih dari 5 kilometer atau kurang dari 10 kilometer.

”Di sisi lain, kondisi tekanan gas Gunung Slamet berbeda dengan Gunung Kelud yang memiliki tekanan gas tinggi. Gunung Slamet memiliki tekanan gas rendah, kecuali embusan solfatara dan fumarol (lubang yang mengeluarkan uap dan gas seperti karbondioksida, sulfurdioksida, asam hidroklorik, dan hidrogen sulfida), biasanya hanya terjadi di kawah III dan kawah IV dengan intensitas sedang-tinggi, dengan suhu antara 79–81 derajat Celcius, dan suhu solfatara mencapai 390 derajat Celcius,” katanya.

Lebih jauh ia menjelaskan, dampak risiko letusan Gunung Slamet, berdasarkan hasil survei geotermal atau analisis magnetotelluric, posisi aliran magma cenderung timur-timur laut atau utara.

Menurut dia, kondisi tersebut didukung oleh bentukan kawah yang mengarah atau miring ke arah timur laut.
Sumber : okezone

No comments: