Isinya tulisan-tulisan dari bahan omongan yang pengin diomongin .... Inget praktikum Sosiologi Pedesaan waktu Tingkat Persiapan Bersama-IPB, kalo bikin laporan harus banyak ngecap, jadi-lah jualan kecap. Jangan anggap terlalu serius dan jangan pula dianggap becanda hahaha ...

loading...
loading...

Memahami Prinsip Dasar Memotret (ISO, shutter speed,aperture/diafragma)

Ketika dunia fotografi digital semakin murah, maka semakin banyak orang bisa menikmati hobi fotografi. Kalo misalnya kita jalan-jalan ke obyek wisata, kamera nampaknya sudah ada di setiap pengunjung, dari mulai kamera hape, poket, sampe dslr. Bahkan anak SD/SMP sekalipun sudah banyak yang pegang kamera DSLR.

Kalo untuk kamera hp dan poket, saya kira memang tujuannya untuk memudahkan memotret, jadi memang kameranya dirancang dengan banyak kemudahan. Kemudahan itu diaplikasikan dengan lebih dominannya mode otomatis di setting kamera. Jadi memang tidak perlu banyak berfikir ketika mau menjepretkan kamera.


Kadang yang kadang suka "geli" ngeliatnya adalah ketika makin menjamurnya kamera DSLR dipakai sama anak-anak, mereka memakainya nampaknya serasa memotret pake kamera poket atau hape. Nampaknya orang tua mereka memiliki uang sangat berlebih deh hehehe, soalnya investasi untuk kamera DSLR tidaklah kecil (untuk ukuran saya hehehe ...). Jadi antara investasi dengan kegunaan nampaknya kalau hanya dipakai untuk  mode otomatis kayaknya sayang banget deh...

Makanya saya cuma mau sharing aja, bukan berarti saya lebih jago, cuma saya tergelitik aja untuk berbagi. Saya mengalami betul betapa sulitnya ketika awal saya belajar motret, karena setiap panduan teknik motret yang saya baca semuanya nampaknya sulit saya pahami. Karena memang saya gak ada basic fotografi analog yang memang sangat teknis. Nah, ... dari pengalaman itu lah makanya saya tergerak (hehehe...) untuk berbagi dengan cara yang tentunya menurut saya sederhana supaya  bisa dipahami oleh siapapun yang gak paham teknik fotografi.

Paling tidak ada 3 hal yang harus "diatur" ketika mau memotre, yaitu :
-ISO, sensitifitas sensor (dulu film) terhadap cahaya, sederhananya adalah semakin besar angka ISO maka akan semakin sensitif menangkap cahaya, tetapi semakin besar ISO maka hasil fotonya akan semakin besar noise-nya. Misal 100, 200, 400 dst. ISO tinggi sebaiknya hanya digunakan ketika kita dalam kondisi kamera kekurangan cahaya, misalnya malam hari, meskipun demikian ketika siang hari ketika memerlukan speed yang tinggi  maka "dipaksa" ISO tinggi juga

-Shutter Speed, lamanya shutter membuka, diibaratkan adalah lamanya kran air membuka, semakin besar angka maka semakin cepat penuh air yang diisi. Misalkan : 30', 1/125, 1/1000 dst. Semakin lambat shutterspeed semakin banyak cahaya yang masuk. Semakin cepat shutterspeed semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin cepat kemampuan kamera menangkap objek.

-Aperture, besarnya diafragma kamera mambuka, kalo diibaratkan ke kran adalah besaran bukaan kran membuka, jadi semakin besar kran membuka maka air semakin cepat penuh. Tapi untuk aperture ini antara angka aperture dengan besarnya bukaan di kamera terbalik, semakin besar angka apertur maka semakin kecil bukaan  pada kamera, demikian sebaliknya. Semakin besar bukaan diafragma semakin banyak cahaya yang masuk. DOF/ruang ketajaman semakin tipis. Semakin kecil bukaan diafragma semakin sedikit cahaya yang masuk. DOF/ruang ketajaman semakin luas.

Untuk memudahkan memahami ketiganya, coba perhatikan gambar berikut :

Kombinasi antara iso, shutter speed dan aperture

Sementara itu dulu deh, untuk kapan harus memakai speed tinggi/rendah, kapan bukaan besar/kecil, nanti di tulisan berikutnya deh.... Saya kira dengan memahami manual book kamera dan exposure triangle kayaknya akan tahu kombinasi yang tepat antara ketiganya...

Komentar atau pertanyaan dipersilahkan....

No comments: