Isinya tulisan-tulisan dari bahan omongan yang pengin diomongin .... Inget praktikum Sosiologi Pedesaan waktu Tingkat Persiapan Bersama-IPB, kalo bikin laporan harus banyak ngecap, jadi-lah jualan kecap. Jangan anggap terlalu serius dan jangan pula dianggap becanda hahaha ...

loading...
loading...

Beratnya Tekanan yang Diterima oleh Sebatang Pohon (di sebuah Kota)

Saya tergelitik nulis ini karena sebagai seorang Rimbawan sangat kaget ketika diberikan tugas memelihara pohon-pohon tetapi banyak  banget permintaan izin untuk menebang pohon tanpa alasan yang logis. Saya bilang tanpa alasan yang logis karena menurut saya, sebatang pohong layak ditebang ketika : sudah tidak ada lagi riap (pertumbuhan), terserang hama/penyakit, atau keberadaannya membahayakan keselamatan harta/jiwa. Alasan-alasan itu (menurut saya) sudah diadaptasi bukan untuk di dalam (kawasan) hutan.


Saya berupaya mempertahankan keberadaan sebatang pohon karena banyak hal yang bisa diperoleh dari sebatang pohon, bahasa kerennya sih ada yang namanya intangible value. Kayaknya saya gak perlu cerita gimana sebuah pehon dapat memberikan manfaat bagi (keberadaaan) manusia, rasanya rugi saya berbagi ilmu itu kalo hanya untuk dibaca saja kemudian dilupakan tanpa diresapi dan dimaknai pentingnya sebatang pohon di lingkungan kita.


Ternyata keberadaan sebatang pohon dianggap sepele saja deh. Mau bukti ? .... Hal yang paling sering saya denger tuh : takut tumbang, daunnya mengotori halaman, menghalangi jalan masuk de el el ... Yang paling membuat greget ternyata keberadaan pohon hanya dijadikan tempat memasang (pakai paku) reklame caleg dan media promosi lainnya. Kalo ada sebatang pohon yang terpelihara subur dan rindang tapi menghalangi reklame ujungnya ada permintaan untuk (minimal) dipangkas, malah banyakan minta ditebang.... huft ....

Saya pernah baca sebuah surat permohonan yang ditandatangani oleh seorang (yang harusnya) terpelajar (gelarnya Magister pula hehehe...), karena dalam  penutup suratnya tertulis penanggung jawab akademik (sebuah kampus). Nampaknya beliau keukeuh untuk menebang sebatang pohon, sampe menyempatkan 2 kali berkirim surat (setelah surat pertama ditolak hahaha ...). Alasannya adalah karena trotoar akan dijadikan tempat kegiatan akademik dalam rangka menunjang tri dharma perguruan tinggi (isinya kurang lebih begitu lah, sudah saya edit seperlunya). Kasihan sekali mahasiswanya harus beraktifitas di trotoar hahaha, udah mahal2 bayar biaya kuliah eh aktifitas akademik di trotoar pula hahaha .... Kalo saja saya jadi beliau, tidak akan pernah mau menandatangani surat dengan redaksi seperti itu. Saya cuma berfikir, emang trotoar fungsinya untuk apa ? Pejalan kaki atau kegiatan akademik ? hahaha .... kasihan sekali nanti mahasiswanya .....

Sebenernya sih saya lebih suka kalo gak ada pohon saja sekalian hahaha .... Kenapa saya bilang begitu ? ... toh dengan makin sedikit pohon yang harus dipelihara makin ringan kerjaan dong, hahaha .... toh gaji dan tunjangan sama aja ya ....

Ketika pohon sudah tidak ada dan digantikan oleh (cuma) tanaman hias nampaknya banyak konsekuensinya. Saya cuma mau memberikan gambaran saja, riap pohon itu kan konon katanya cuma 1 m kubik/hektar/tahun, sementara untuk menumbuhkan pohon dengan diameter 20 cm saja mungkin butuh waktu paling tidak 20 tahun (misalnya) ... Belum lagi semua hara sudah terangkut ke dalam batang pohon. Jadi ketika sebatang pohon ditebang, hilanglah unsur hara di sekitar tapak pohon itu, hitung pula berapa biaya pemeliharaan selama itu yang sudah dikeluarkan ....

Saya kira orang-orang sekarang itu harus merasakan dulu dampak ekologis dengan ketidakadaan pohon baru menyesal belakangan.... Saya jadi  ingat sejarah revolusi  industri yang telah menghancurkan  hutan di Bavaria dan hancurnya hutan di Jepang karena bom atom....

Jangan sampai telat sadar akan pentingnya arti sebatang pohon.....

8 comments:

Anonymous said...

ya gitu deh kalo euforia kekuasaan ....

Anonymous said...

ah, paling juga ketika gak dikasih izin, nebang sendiri atau ngutus sekelompok orang untuk datang minta diizinkan dengan memaksa mengatasnamakan sekekelompok organisasi tertentu...

Unknown said...

betul Gan... suka ngaku2 orang dekatnya siapa gitu kalo mau nebang pohon ....., menyedihkan sekali :(

Unknown said...

itu masalahnya ... banyak yang memaksakan diri ...

DHS said...

Tentu Kang Eri yang langsung diamanati memelihara pohon di Kota Tasikmalaya, dengan latar belakang keilmuan yang berkesesuaian, sangat mengerti dan jelas akan kesal dengan kejadian demi kejadian yang diilustrasikan di atas...

Sebagian dari kita memang masih belum juga memahami bahwa pohon itu adalah makhluk hidup, yang walaupun tentu diciptakan untuk berkhidmad kepada manusia, pasti memiliki fungsi dan manfaatnya sendiri, karena tidak mungkin diciptakan sesuatu tanpa manfaat...

Bagaimana caranya ya Dinas, atau, kita-lah bisa menyebarkan info perlunya menjaga tanaman di sekeliling kita, dan menumbuhkan kesadaran bahwa mereka adalah makhluk hidup, yang pasti akan 'kesakitan' dipaku untuk sekedar memasang poster yang entah dibaca entah tidak... Menyebarkan leaflet2 di Dadaha, gitu? he he he..

Unknown said...

Betul Kang DHS, nampaknya memang perlu kampanye kesadaran akan pentingnya pohon, bukan hanya dilihat sebagai penghasil kayu saja ....
Nampaknya memang perlu semacam selebaran/pamflet yang dipasang di tempat2 yang banyak dikunjungi orang ...
Hatur nuhun parantos mampir dan berkomentar ....

Duddy RS said...

susah kalo sudah mikir instan kek gitu.
sebel deh!

Unknown said...

Betul Kang, mau gampang dan praktisnya aja, pohong ngalangin atau ngotorin ya tebang aja ...
Perlu advokasi mempertahankan pohon Kang hehehe ....