Isinya tulisan-tulisan dari bahan omongan yang pengin diomongin .... Inget praktikum Sosiologi Pedesaan waktu Tingkat Persiapan Bersama-IPB, kalo bikin laporan harus banyak ngecap, jadi-lah jualan kecap. Jangan anggap terlalu serius dan jangan pula dianggap becanda hahaha ...

loading...
loading...

Waspadai Buah Impor Berformalin

Jakarta (26/7/2013)- Konsumsi buah dan sayur merupakan salah satu bentuk pola hidup sehat, apalagi saat puasa di bulan ramadhan. Kandungan buah didalamnya banyak menyimpan vitamin, mineral, antioksidan dan zat nutrisi lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Namun jika tidak hati-hati dalam memilih buah segar, malapetaka akan didapat, karena banyak buah impor yang diawetkan dengan formalin.

Buah impor saat ini tidak sulit untuk ditemukan, diberbagai tempat penjualan buah, baik di pasar tradisional maupun modern. Bahkan produk buah impor tersebut sudah mengalahkan buah lokal hasil pertanian dalam negeri. Buah impor dari segi penampilan lebih menarik dibandingkan buah lokal, sehingga masyarakat cenderung memilih buah impor, selain itu harganya juga lebih murah. Oleh karena itu, masyarakat harus pandai-pandai memilih buah segar yang sehat dan layak konsumsi, serta mewaspadai adanya buah impor berfomalin.

Menjamurnya buah impor sebenarnya sangat merugikan petani dalam negeri, namun untuk memenuhi kebutuhan buah bagi masyarakat Indoesia masih diperlukan pasokan buah impor. Tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia semakin meningkat, berdasarkan kebutuhan konsumi buah-buahan yang disarankan FAO adalah 70/kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi buah-buahan rata-rata penduduk Indoensia pada tahun 2011 baru mencapai 34.55 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura 2011). Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Thailand sekitar 70 kg/kapita/tahun bahkan konsumsi penduduk Jepang yaitu 95kg/kapita/tahun atau sekitar 135 persen dari rekomendasi FAO. Indonesia diperkirakan dapat mencapai konsumsi buah-buahan yang direkomendasikan FAO pada tahun 2015 sebesar 78,74 kg/kapita/tahun.Walaupun masih mempunyai peluang dalam meningkatkan hasil produksi buah-buahan untuk konsumsi dalam negeri, tetapi sampai saat ini, pemenuhan permintaan buah dalam negeri, Indonesia masih harus mengimpor buah dari berbagai negara seperti Australia, Amerika, Thailand, Taiwan dan negara lainnya.

Membanjirnya buah impor di pasaran dalam negeri mengakibatkan ancaman nyata terhadap masyarakat Indonesia. Banyak ditemukan buah (terutama buah impor) yang tidak layak dikonsumsi karena mengandung berbagai zat berbahaya, salah satunya formalin. Berdasarkan data tahun 2011, Badan Karantina Pertanian mengungkap telah menolak masuk 1000 ton buah impor karena mengandung berbagai residu atau bahan kimia berbahaya seperti formalin dan zat perwarna lainnya.

Beberapa kejadian yang menguatkan bahwa di dalam negeri terindikasi adanya peredaran buah berformalin ditemukan di Sulawesi Selatan pada bulan Desember tahun 2012. Pengujian laboratorium yang dilakukan  Badan Ketahanan Pangan Daerah Regional Sulawesi Selatan mengambil sampel buah dari sejumlah supermarket di Makassar. Adapun hasil yang ditemukan dalam beberapa buah seperti kelengkeng, ternyata menggunakan pengawet formalin, yakni jenis zat yang digunakan sebagai pengawet mayat dan campuran bahan pengerat kayu. Sementara itu baru-baru ini, di daerah Yogyakarta tepatnya di Kulon Progo, Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan (BKPP) menemukan buah impor berfomalin dalam anggur dan apel. Uji sampel dilakukan dengan mengambil 10 buah impor dari pedagang di Pasar Wates dan kios-kios pedagang buah depan Stasiun Wates.

Bahaya Konsumsi Buah Berformalin
Formalin merupakan komposisi zat kimia, apabila dikonsumsi dan masuk kedalam tubuh manusia akan menyerang protein yang terdapat dalam tubuh, seperti pada lambung. Terlebih lagi apabila formalin tersebut masuk ke tubuh dengan dosis tinggi. Jika digunakan sebagai pengawet makan dalam dosis rendah, efek formalin tidak seketika dirasakan (jangka pendek). Tetapi dalam jangka panjang bisa menyebabkan tubuh manusia terinfeksi kanker akibat zat karsinogen yang ada di dalamnya.

Efek berbahaya formalin bagi tubuh juga ditemukan pada  bahan pengawet yang sering ditemukan pada buah impor antara lain, seperti boraks, rhodamine, dan pestisida. Konsumsi dalam jumlah berlebih dan jangka panjang akan menimbulkan mutasi genetik, kanker, dan keracunan pada alat-alat reproduksi manusia.  Apabila masuk ke tubuh ibu yang sedang  mengandung dan menyusui, zat ini akan mempengaruhi perkembangan perilaku pada bayi, gangguan hormonal, dan cacat lahir.

Bahaya bahan pengawet buah atau formalin tersebut dapat  menjadikan pelajaran dan peringatan bagi para konsumen untuk selalu mewaspadai konsumsi buah dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat selama menjalani ibadah puasa bulan Ramadhan ditambah mendekati waktu Lebaran, banyak konsumen yang memilih buah untuk dijadikan parcel atau hadiah bagi rekan atau keluarga terdekat. Selain itu, yang tidak kalah penting lagi adalah kesadaran konsumen harus dibangun sejak dini melalui bekal pengetahuan untuk mengetahui cara memilih, mengolah dan mengkonsumsi buah agar aman dikonsumsi.

Ciri-Ciri Buah Berformalin
Berikut ini cara praktis untuk mengidentifikasi buah impor yang terindikasi berformalin, yang harus diwaspadai bersama, dengan ciri-ciri sbb:
  1. Permukaan bagian kulit terlihat kencang dan segar meski telah berbulan-bulan dipanen maupun dipajang di supermarket, lapak/kios/pasar, namun apabila hendak dipegang  buahnya terasa keras.
  2. Umumnya buah yang diberi formalin adalah jeruk, anggur, dan apel.
  3. Sementara untuk formalin pada buah yang dijual secara bertangkai, dapat ditemukan misalnya lengkeng dan anggur, dapat lebih mudah dikenali. Jika tangkainya sudah tampak layu, sementara buahnya masih sangat segar dengan bau menyengat yang bukan bau buah, kemungkinan mengandung zat kimia berbahaya.
  4. Penyuntikan menggunakan zat pewarna dapat ditemukan pada buah yang biasanya meninggalkan bekas lubang kecil agak dalam.
  5. Bekas suntikan zat pewarna berada di bagian ujung yang berada di tangkai buahnya.
  6. Zat pewarna tekstil, biasanya warna buah menjadi lebih terang dan meninggalkan bekas di mulut yang diberikan pada buah pir, mangga, belimbing, pisang, jeruk dan semangka.
  7. Kandungan lilin pada buah dapat dilihat dengan tekstur permukaan yang mengkilat, cukup dengan mengerik menggunakan pisau maka serbuk-serbuk putih akan berjatuhan. Serbuk juga dapat dipastikan melekat pada buah apabila terbakar meleleh ataupun kulit buah menjadi basah seperti minyak.
  8. Isi daging buah dilapisi lilin biasanya sudah tidak segar.
Tips Memilih Buah Segar dan Sehat
Konsumsi buah harus tetap dalam porsi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, serta mengetahui tips-tips dalam memilih dan mengolah buah sebelum dikonsumsi. Berikut beberapa saran dalam memilih buah agar aman dikonsumsi:
  1. Pilihlah buah dengan penampakan yang baik, warnanya cerah atau tidak kusam, serta menunjukkan kesegaran, atau utamakan buah lokal yang sedikit terhindar dari zat berbahaya.
  2. Menghindari memilih buah impor dengan penampakan kulit terlalu mengkilat (kemungkinan mengandung parafin/lilin) ataupun bercak putih (kemungkinan bekas pestisida yang mengering)
  3. Sebelum dikonsumsi buah dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir selanjutnya dikupas kulitnya terutama buah yang berkulit tebal seperti apel, mangga dan lain sebagainya.
Masyarakat dihimbau untuk terus berhati-hati dalam mengkonsumsi buah impor, walaupun beberapa hasil temuan baik dari BPOM, IPB maupun Badan Ketahanan Pangan Daerah menunjukkan kandungan formalin dalam buah impor tersebut belum mencapai titik riskan. Konsumen harus pintar dan teliti dalam memilih buah yang baik dan aman untuk dikonsumsi, ataupun memutuskan untuk mulai beralih ke buah lokal maupun organik yang tidak membahayahakan kesehatan. (*/disarikan dari pelbagai sumber).

No comments: